IQNA

Pendalaman Ilmu Pengetahuan Agama Landasan Pacu bagi Kemajuan Kesejahteraan Masyarakat

13:59 - February 03, 2010
Berita ID: 1882259
Imam Ali Khamenei: Pendalaman Ilmu Pengetahuan Agama dan Umum merupakan Landasan Pacu bagi Kemajuan Kesejahteraan Masyarakat
IQNA menukil dari situs resmi Pemimpin Spiritual Tertinggi Republik Islam Iran, Ayatollah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Selasa (2/2) menyampaikan hal itu dalam pertemuan dengan ratusan dosen, rektor, pengurus dan tim ahli Universitas Tehran. Beliau juga menegaskan, bahwa gerakan ke arah kemajuan ilmu pengetahuan (iptek) yang telah dimulai harus dipercepat dengan sekuat tenaga. Seraya mengucapkan selamat atas tibanya 10 Fajar kemenangan revolusi Islam kepada segenap rakyat Iran dan kalangan kampus, beliau menandaskan, sesuai ajaran Islam dan al-Qur'an, Iran yang islami ini bukan hanya memikul tugas penyelesaian kesulitan rakyat serta memajukan dan membangun negara, tapi juga punya tanggung jawab terhadap umat manusia. Untuk menunaikan tanggung jawab yang besar ini diperlukan kekuatan yang sebenarnya. Dalam penjelasannya mengenai tanggung jawab terhadap kemanusiaan, Pemimpin Besar Revolusi Islam menolak segala bentuk agresi terhadap bangsa-bangsa lain. "Republik Islam Iran bahkan tak pernah berpikir menggangu negara lain," tandas beliau. Kekuatan sebuah negara yang memberinya wibawa dan pengaruh serta digunakan untuk membantu mengatasi kesulitan masyarakat dunia tidak akan pernah didapat lewat senjata atau kekuatan produksi dan teknologi, tetapi dicapai karena dua hal, ilmu dan keimanan. Rahbar menjelaskan hal itu seraya menambahkan bahwa kemajuan iptek tiga dekade terakhir dicapai berkat ‘kebebasan' dan ‘pemikiran bebas'. Beliau menegaskan, "Jika kekuasaan rezim despotik taghut berlanjut, kemajuan ini tak akan pernah dicapai meski setelah melewati masa panjang. Sebab, dalam sistem kekuatan rezim-rezim diktator yang berada dalam genggaman kekuatan asing tak ada celah bagi kemajuan iptek." Meski demikian, Ayatollah al-Udzma Khamenei menggarisbawahi bahwa kemajuan yang sudah dicapai dalam tiga dekade ini tetap belum memuaskan. "Masih ada jarak yang jauh antara kita dan puncak kemajuan sains dunia. Untuk mencapainya diperlukan usaha yang berlipat ganda dan kerja keras tanpa mengenal kata lelah dengan melibatkan para pakar, ilmuan, akademisi dan mahasiswa," kata beliau lebih lanjut. Beliau menceritakan kembali hubungan dekatnya dengan kalangan kampus khususnya Universitas Tehran yang sudah terjalin sejak lama seraya menyebut Universitas Tehran sebagai pusat keilmuan yang mendorong percepatan gerak laju konvoi iptek di negara ini. Universitas Tehran dinilai Rahbar sebagai pusat kelimuan yang penting dan ideal. Beliau mengatakan, "Kita bisa membuat program kerja ilmiah 50 tahun ke depan untuk membawa negara ini menjadi salah satu poros kelimuan di dunia. Program ini selain melepaskan Iran dari belenggu kebergantungan iptek, juga membantu memajukan dan memperdalam keilmuan umat manusia." Ayatollah al-Udzma Khamenei menyatakan bahwa tujuan akhir yang ingin dicapai oleh Islam dan Republik Islam dari kemajuan sains adalah ‘kesejahteraan bangsa dan umat manusia' dan terwujudnya cita-cita yang didambakan umat manusia sepanjang sejarah termasuk keadilan. Beliau mengungkapkan, ilmu harus dipandang dengan kacamata hormat, suci, dan bernuansa spiritual. Sayangnya, sekarang ilmu disalahgunakan untuk ketidakadilan dan kepentingan kekuatan-kekuatan bengis. Dunia saat ini diwarnai oleh ketidakadilan gaya modern yang dilengkapi senjata dan tak bisa diganggu gugat. Menjelaskan fakta ini beliau mengatakan, "Propaganda miring dan konspirasi yang dilakukan secara luas terhadap Republik Islam dengan menggunakan sarana-sarana media informasi baru adalah salah satu contoh ketidakadilan gaya modern yang dilengkapi senjata dan dengan memanfaatkan kemajuan iptek hari ini. Republik Islam Iran menjadi sasaran gempuran propaganda karena negara ini menyuarakan penentangan terhadap ketidakadilan." Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut kebudayaan sebagai prioritas kedua yang harus diperhatikan oleh kalangan universitas. Menurut beliau, pembekalan budaya untuk kalangan mahasiswa adalah pekerjaan yang memerlukan perencanaan matang dan benar dalam menyusun buku-buku pelajaran, memilih dosen dan membuat agenda kegiatan kemahasiswaan lainnya. Beliau mengungkapkan, "Surat, perintah, kampanye, dan pamflet saja tidak cukup untuk menyadarkan akan pentingnya masalah kebudayaan di lingkungan kampus. Diperlukan geliat dari dalam, kepedulian dan kepekaan terhadap nasib dan masa depan generasi muda negara ini." Salah satu pekerjaan budaya yang harus dilakukan di kampus adalah sosialisasi pandangan yang benar terkait ilmu di tengah mahasiswa dan para dosen. Hal itu, kata beliau, akan menciptakan kegairahan yang tak berkesudahan di tengah kalangan riset dan praktik belajar mengajar di kampus. Beliau mengatakan, "Dengan perencanaan program yang benar, seorang pemuda mahasiswa yang potensial bisa diubah menjadi pemuda yang cinta ilmu, riset, penyabar, menggemari aktivitas keilmuan secara berkelompok, berdedikasi tinggi, obyektif, meyakini prioritas logika di atas perasaan, serta memiliki keimanan agama yang dalam. Karakter-karakter itulah yang akan memperkuat jatidiri bangsa." Salah satu dosa terbesar yang dilakukan rezim depostik monarkhi di masa lalu adalah memisahkan kalangan kampus dari nilai-nilai agama dan ilmu-ilmu keislaman. Beliau menyatakan bahwa kebijakan dan kesejahteraan masyarakat dan negara akan terjamin jika pengetahuan agama ditanamkan secara mendalam pada jiwa para mahasiswa muda yang masih suci. Untuk itu, para pimpinan dan pengurus universitas harus memerhatikan masalah ini. Masalah ketiga yang diangkat beliau dalam pertemuan dengan pimpinan, dosen dan para pengurus Universitas Tehran ini adalah soal politik dan kampus. Beliau menegaskan kembali pandangan yang sering diungkapkannya bahwa kalangan kampus harus memiliki gairah dalam berpolitik. Beliau menjelaskan, "Universitas akan kehilangan gairah yang pada gilirannya akan terjangkiti virus-virus pemikiran dan perilaku menyimpang yang sangat berbahaya jika politik dijauhkan sama sekali dari kampus. Namun ini bukan lantas berarti berubahnya kampus menjadi ajang bagi aktivitas para praktisi politik." Pemimpin Besar Revolusi mengimbau para pengurus perguruan tinggi untuk mencegah aksi para praktisi politik dalam menyalahgunakan kampus untuk kepentingan mereka. "Melalaikan masalah ini bisa mengubah atmosfir politik di pusat-pusat keilmuan dan kampus menjadi medan bagi musuh untuk memanfaatkannya," kata Rahbar mengingatkan. Lebih lanjut beliau menambahkan, al-Quran dalam banyak kesempatan mengingatkan untuk tidak melupakan makar syaitan dan manusia-manusia bersifat syaitan. Beliau mengatakan, "Secara pribadi saya memandang setiap permasalahan dengan kacamata optimistis. Karena itu saya meyakini bahwa berbagai peristiwa khususnya peristiwa-peristiwa pahit dalam beberapa bulan terakhir terjadi akibat kelalaian fatal sejumlah figur dan tokoh. Terkait masalah politik, kelalaian dan tindakan yang tidak disengaja terkadang bisa berakibat fatal yang hasilnya tak berbeda dengan pengkhianatan." Beliau menyampaikan rasa terima kasihnya kepada rektor dan para dosen Universitas Tehran yang mengusulkan pemberian honorer causa atau gelar doktor kehormatan kepada beliau. Ayatollah al-Udzma Khamenei mengatakan, "Penghargaan dan jasa baik ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi saya. Tetapi izinkan saya untuk tidak menerima penghargaan itu. Jika Allah yang Maha Pemurah mengizinkan, saya akan tetap komitmen dan setia dengan ikrar sebagai pelajar agama." Di awal pertemuan, Menteri Sains, Riset dan Teknologi, Dr Daneshju melaporkan partisipasi mahasiswa dan kalangan kampus secara aktif dalam berbagai fase kehidupan tiga puluh satu tahun revolusi Islam. Daneshju mengatakan, "Dengan program yang telah disusun, kalangan kampus di seluruh penjuru negeri akan mempercepat gerak laju aktivitas keilmuan dan riset untuk mewujudkan cita-cita revolusi Islam." Sementara itu, Rektor Universitas Tehran Dr Farhad Rahbar menjelaskan kondisi Universitas Tehran yang didirikan 75 tahun yang lalu seraya mengatakan, Universitas Tehran saat ini aktif dengan 43 fakultas, 113 kelompok keilmuan dan 594 jurusan keilmuan. Sebagian besar darinya dibentuk setelah kemenangan revolusi Islam. Dr Farhad Rahbar menambahkan, hanya 14 persen dari 200 ribu mahasiswa yang menimba ilmu di Universitas Tehran tercatat sebagai mahasiswa di sini dalam kurun waktu 44 tahun setelah universitas ini didirikan sampai mendekati kemenangan revolusi Islam. Sementara sisanya yakni 86 persen adalah mahasiswa yang diterima dalam 31 tahun terakhir setelah kemenangan revolusi Islam. Dr Rahbar menjelaskan pula bahwa dari 12.960 makalah ilmiah para dosen Universitas Tehran yang dimuat di berbagai majalah ilmiah dunia, hanya 136 dibuat pada masa sebelum revolusi Islam sedangkan sisanya adalah makalah yang ditulis pasca revolusi. Kini, Universitas Tehran berhasil menempati posisi ke 117 dari 500 universitas bergengsi di dunia. Rektor Universitas Tehran menyinggung teror yang menggugurkan pakar nuklir Iran Dr Ali-Mohammadi seraya mengatakan, "Usaha musuh untuk mengganggu proses perjalanan sains-pendidikan di negara ini tidak akan pernah berhasil, karena mahasiswa dan kalangan kampus menghadapinya dengan kebijakan dan kecerdasan." 533961
captcha